disukai pria dicintai wanita

Berbicara masalah seks dengan bermartabat

Thursday, August 10, 2006

ETIKA ORGASME SEBAGAI EKSPRESI CINTA

“Asyik, dia keluar….” Demikian salah satu potongan dialog lugu yang meluncur dari sebuah film dokumenter pasangan intim mahasiswa di Indonesia yang pernah menghebohkan itu. Ada perasaan senang dan bangga bagi si cewek ketika ia dapat membuat pasangannya mencapai klimaks pada permainan asmara mereka. Nampaknya, hal seperti ini pula yang seringkali diharapkan sebagian besar wanita dalam berhubungan seks. Kemampuan mereka untuk membuat pasangannya terpuaskan di ranjang seringkali dianggap sebagai indikasi kesuksesan mereka untuk membangun cinta sejati. Maka tak heran jika berkembang mitos bahwa semakin terpuaskan kaum Adam di tangan pasangannya, maka semakin kecil kemungkinan “sang Adam” untuk menyeleweng ke wanita idaman lain (WIL).

Sayangnya, standar seks seperti ini seringkali membuat terabaikannya kebutuhan libido pihak wanita dalam berhubungan intim. Di Amerika yang katanya paling maju saja, ternyata… masih ada sekitar 70% wanita dalam perkawinannya yang tidak dapat mencapai orgasme ketika berhubungan sex dengan pasangannya! Lho kok bisa? Tentu saja bisa, sebab banyak pria yang masih menganggap status orgasme pada wanita adalah tidak perlu. Hal ini bisa jadi karena sang pria memang tidak mau tahu kebutuhan pasangannya, atau bisa juga dari pihak wanita sendiri yang masih merasa malu kalo harus terjadi “gempa bumi lokal” ketika sedang berhubungan dengan pasangannya. Padahal, sejatinya, bukankah cinta itu ada untuk saling memberi dan menerima?

Dalam benak kebanyakan wanita Indonesia masih berkembang “dogma” bahwa hubungan seks suami-istri adalah sebuah kewajiban. Sehingga masalah orgasme sang istri bukan menjadi hal penting. Padahal, kalau hal tersebut dibiarkan terus bisa membahayakan perkawinan. Sudah banyak perkawinan modern yang berakhir karena istri tidak pernah mengalami orgasme. Hal itu semakin diperparah dengan banyaknya suami yang tidak tahu kalau istrinya tidak mencapai orgasme. Selain itu, istri sendiri kadangkala juga sering berpura-pura mengalami orgasme hanya untuk menyenangkan suami. Padahal, bila kebohongan ini dibiarkan terus berlanjut bisa menimbulkan masalah di kemudian hari!

Kalau pria lebih mudah terangsang dan mencapai orgasme daripada wanita itu wajar. Sebab, menurut penelitian medis, tekanan darah pria 8 –10 mm lebih tinggi dari wanita (kecuali pada pria vegetarian). Maka, tidak salah bila dalam psikologi Timur, gairah pria diibaratkan seperti kayu dan gairah wanita seperti air. Kayu lebih cepat menjadi panas ketika disulut api tetapi juga lebih mudah padam ketika api menghilang, sementara air membutuhkan proses lebih lama untuk menjadi panas, tetapi bila titik itu telah tercapai maka panasnya akan bertahan lebih lama untuk padam. Tidak ada waktu ideal atau ukuran pasti berapa lama seorang wanita bisa mencapai orgasme. Pada kenyataannya, wanita biasanya memang lebih lama mencapai orgasme dibanding pria. Sekitar 60 persen wanita bisa mencapai orgasme dalam 3 menit. 30 persen baru mencapai orgasme setelah 6 - 7 menit. Sisanya baru mencapai orgasme setelah 10 menit. Karena pada umumnya wanita mencapai orgasme lebih lama dari pria, maka wanita membutuhkan pemanasan yang lebih lama sebelum melakukan penetrasi.

Bagi pasangan modern, seks sudah seharusnya tidak hanya menjadi sebuah ritual kewajiban dan proses prokreasi, tapi seks harus juga bisa menjadi proses rekreasi. Untuk mewujudkan hal ini, perlu kiranya dibangun suatu etos seksual di mana suami-istri yang melakukan aktivitas seksual harus dapat menikmati hubungan tersebut secara dua arah, bukan seperti hubungan buruh dengan majikan pada umumnya. Termasuk pencapaian orgasme yang merupakan hak asasi setiap jenis kelamin manusia.

Jika kita sudah menyadari dan merasa bahwa orgasme memiliki dampak yang cukup signifikan dalam memberikan nilai perkawinan, maka perlu kiranya dibuat semacam konvensi tak tertulis (etika) antara pihak Adam dan Hawa untuk mencapai titik ideal tersebut. Dengan demikian, tak ada lagi orgasme yang ditutup-tutupi, dibuat sebagai latihan sandiwara, atau ditertawakan karena dianggap lucu. Baik pria maupun wanita bisa saling memahami kebutuhan masing-masing pasangannya. Si wanita dapat menampung gairah sang pria yang meluap-luap, dan sebaliknya, si pria dapat menuntun evolusi birahi pasangan wanitanya sampai pada puncak.

Hal mendasar yang perlu diperhatikan bagi mereka yang ingin mempraktekkan etika orgasme ini adalah pentingnya mengenali anatomi seksual masing-masing pasangannya. Dalam hal ini, sang suami (pria) sebagai pihak eksekutor sudah sewajibnya mengenali bagian-bagian sensitif dari tubuh istrinya sehingga istri tidak hanya jadi pelayan seks semata tapi juga dapat menikmati seks. Dan jangan lupa, meski orgasme pada wanita bisa dicapai dengan rangsangan seksual pada bagian tubuh yang sensitif, tapi faktor psikologis sangat menentukan kualitas pencapaian yang ingin didapatkan. Hal terpenting yang harus diingat adalah bahwa hubungan seks itu bukan hanya menyangkut keluar masuk atau sekedar naik turun saja!!

Seorang pria yang menjunjung tinggi etika orgasme akan selalu memberikan support pada pasangannya supaya tidak malu-malu untuk berekspresi ketika ledakan birahinya telah mencapai puncak. Misalnya dengan mengatakan begini, “Sayang, kita kan sepakat untuk saling mengisi hati kita. Jadi jangan sembunyikan apa-apa yang menjadi bagian ekspresi cinta kita. Ayo… bebaskan saja..”

Apapun bentuk reaksi yang kemudian diekspresikan sang wanita saat orgasme (biarpun mukanya jadi pucat karena merem terus atau jerawat Anda pecah karena dipencet-pencet olehnya), hargailah! Jangan pernah ditertawakan atau dimarahi, karena pada kodratnya wanita itu butuh penghargaan (toh, kalau sakit Anda akibat ulah pasangan Anda ketika orgasme, Anda masih bisa berobat ke dokter!) Intinya, buatlah adegan kasur Anda se-having fun mungkin.

Efek dari wanita yang mencapai orgasme biasanya terlihat dari mata yang bercahaya dan penuh kegembiraan. Berbagai penelitian menunjukkan, wanita yang dalam hubungan seksualnya tidak mengalami orgasme, cenderung uring-uringan dan tidak produktif dalam bekerja. Jadi, sadarilah bahwa orgasme pada wanita punya banyak dampak positif dan begitu penting dalam perkawinan. Karena itu, para pria seharusnya tidak lagi menyepelekan orgasme pasangan intim mereka.

Bagi wanita, ada satu hal yang perlu dipahami, bahwa orgasme pria itu tidak selalu identik dengan ejakulasi. Sebab, dari hasil penelitian modern ternyata ditemukan adanya titik beda antara ejakulasi dan orgasme pada pria (meskipun pada umumnya keduanya terjadi bersamaan). Secara filosofis, dapat dikatakan bahwa ejakulasi adalah proses prokreasi manusia dan makhluk hidup, sedangkan orgasme adalah proses rekreasinya. Kasus seperti edi tansil (ejakulasi dini tanpa hasil) membuktikan bahwa ejakulasipun bisa tidak sinkron dengan orgasme pada diri seorang pria.

Boleh percaya atau tidak, beberapa referensi orang-orang bijak dari Timur menyebutkan bahwa pria yang sanggup orgasme berulang-ulang tanpa harus ejakulasi memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibanding pria yang selalu mengumbar orgasmenya melalui ejakulasi. Dalam alkemi kuno Cina dan India, misalnya, disebutkan bahwa penahanan ejakulasi pada pria sewaktu orgasme adalah salah satu bentuk pengolahan energi spiritual secara alami yang dapat membantu seseorang untuk hidup lebih lama, awet muda, penuh vitalitas, serta membantu evolusi spiritual pada dirinya. Ini berarti pihak wanita tidak perlu kecewa atau berpikir negatif bila suatu ketika ia mendapatkan pria pasangannya tidak jua keluar saat transaksi cinta berlangsung. Bisa jadi, mungkin sang pria tersebut sedang mencoba mengamalkan ajaran spiritual Timur dalam bentuk orgasme tanpa ejakulasi, yang kini juga mulai dilirik oleh kalangan medis Barat. Dan bila ternyata benar demikian, maka hargai saja apa yang menjadi style of sex-nya itu, selama tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau dikorbankan.

Kesimpulannya, etika orgasme adalah suatu hal yang penting dalam perkawinan karena ia merupakan salah satu ciri seksualitas manusia yang beradab. Etika orgasme hanya dapat dirumuskan melalui komunikasi yang muncul dari kesadaran setiap pasangan yang mendambakan hubungan seks yang berkualitas.

Semoga bermanfaat!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home